Atas nama kebebasan, Islam dan Rasulullah kembali dihina. Pada tahun 2005 lalu, Koran Jyllands-Posten Denmark menerbitkan kartun-kartun Nabi Muhammad SAW. Dalam kartun itu digambarkan Rasulullah SAW membawa pedang dan menenteng bom. Saat itu pemerintah Denmark merestui penghinaan tsb. Pemerintah Denmark lewat PM Anders Fogh Rasmussen membela koran dengan alasan hak kebebasan berbicara.
Dan kini, pada tanggal 13 Februari 2008, karikatur yang melecehkan dan menghina Islam tsb kembali dimuat oleh sebelas media masa terkemuka dan televisi nasional di Denmark. Sedikitnya tiga harian di Eropa, yaitu di Swedia, Belanda dan Spanyol, juga mencetak karikatur penghinaan tsb. Lagi-lagi alasan yang sama diucapkan,”Kami tidak meminta maaf bagi kebebasan berbicara,” ujar Soevndal, pemimpin Partai Rakyat Sosialis, seperti dikutip BBC, Minggu (17/2/2008). Para tersangka pembuat karikatur pun masih bebas berkeliaran.
Kebebasan hanyalah kedok. Intinya adalah kebencian. Tengoklah ucapan Kurt Westergaard –kartunis yang menggambar kartun Nabi Muhammad SAW- kepada Berlingske Tidende, Rabu (13/2/2008),”Dengan kartun ini saya ingin menunjukkan bagaimana fanatiknya Islam fundamental/teroris menggunakan agama sebagai jenis senjata spiritual.”
Apa benar Islam fundamentalis? Apa benar Islam penuh kekerasan? Apa benar Islam itu teroris? Lalu mengapa seluruh kaum Muslim di dunia dengan serempak dan tanpa kerjasama masih menganut Islam? Benarkah cap negatif terhadap Islam selama ini?
Kebebasan merupakan fitrah manusia. Namun, kebebasan yang merusak agama, mengolok-olok dan menodai agama atau bahkan meruntuhkan bangunan agama jelas ditentang oleh Islam. Kebebasan ini sangat berbahaya dan mampu menggiring manusia pada pertentangan dan perpecahan masyarakat bahkan berujung pada porak-porandanya tatanan masyarakat dan negara. Contoh kebebasan ini antara lain : Penghinaan terhadap Rasulullah melalui karikatur, penghinaan Al-Quran dengan dimasukkan ke dalam kloset sebagaimana terjadi di Guantanamo, tuduhan Al-Quran sebagai The Satanic Verses (ayat-ayat setan), pengakuan nabi/rasul baru, dll.
Lalu bagaimana sikap para penguasa Muslim saat ini menghadapi kasus penghinaan tsb? Aneh. Mayoritas penguasa di Dunia Islam saat ini diam. Tindakan paling ringan pun tak dilakukan. Mereka tidak melakukan ketukan, protes atau memanggil duta besar Denmark dan negara lain yang terlibat penghinaan atas Islam. Bandingkan, jika Kepala Negara dihina, segera pelakunya diprotes dan diadili. Padahal lebih mulia mana Nabi Muhammad SAW dibanding mereka? Namun, mengapa ketika Rasulullah SAW dihina mereka diam? Dimana letak penghormatan dan kecintaan mereka kepada Nabi Muhammad SAW? Bukankah Rasulullah SAW harus lebih dicintai daripada keluarga, harta, diri sendiri, bahkan manusia secara keseluruhan seperti ditegaskan dalam banyak hadist? Pemerintah Indonesia pun tidak menganggap hal ini sebagai perkara penting, sangat kontras sekali padahal Indonesia adalah Negara Muslim terbesar. Jangankan kasus ini, korban bencana alam ataupun penggusuran saja masih luntang-lantung.
Wahai umat Nabi Muhammad SAW!!! Penghinaan terhadap Islam dan Rasulullah terus berulang. Hal serupa akan terus berulang selama kaum Muslim tidak memiliki benteng. Mereka tahu, penguasa saat ini bukanlah benteng bagi umat. Benteng itu adalah Khalifah. Khalifah adalah seorang pemimpin yang akan memimpin seluruh kaum Muslim di dunia, seperti yang pernah dicontohkan oleh para Khulafaur Rasyidin ataupun para Khalifah setelahnya. Tanpa Khilafah (negara dengan sistem pemerintahan Islam) kita akan terus diinjak-injak. Padahal kita adalah umat terbaik. Lupakah kita akan firman Allah SWT :
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar makruf nahi munkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran [3] : 110)
By: Anita Komala Dewi (26 Februari 2008)
Pelajar di SMA Pasundan 7 Bandung