Belum genap sepuluh hari umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan penuh kebahagiaan. Dikatakan pula bahwa hari tersebut adalah hari kemenangan. Namun sungguhkah kita telah menjadi orang-orang yang menang?
Di tengah gegap gempitanya perayaan ini dengan sorak-sorai gema takbir, suka cita setelah berpuasa, dan letupan-letupan suara petasan ternyata justru saudara-saudara kita di Palestina tengah dibantai oleh kaum kafir Yahudi. Kita juga mungkin lupa dengan saudara-saudara kita di Irak dan Afganistan yang terus mengalami penjajahan.
Saudara-saudara kita di China, khususnya umat Islam dari suku Uighur di Xinjiang-yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai Turkistan Timur-juga menjadi korban kebrutalan suku Han yang didukung penuh oleh rezim Komunis China. Turki, disana ratusan aktivis Islam ditangkapi dan di penjara tanpa alasan bahkan beberapa orang diantaranya telah syahid. Belum lagi saudara-saudara kita di Pattani Thailand, Moro Philipina Selatan, Khasmir, Rohingya di Myanmar, Pakistan, dan Bangladesh.
Lupakah kita dengan mereka, di hari ketika kita bersuka cita, mereka saudara-saudara kita justru mengalami penderitaan akibat kekejaman para penguasa yang sekuler. Padahal kita dan mereka diibaratkan bagaikan satu tubuh, ketika satu bagian sakit maka seharusnya bagian tubuh yang lainnya pun akan merasakan sakit.
Penjajahan semu pun terus berlangsung di negeri kita, Indonesia. Ada pihak-pihak yang mencoba ‘mengail di air keruh’. Dimana mereka terus menggulirkan isu terorisme dan mencoba mengaitkannya dengan aktivitas dakwah juga aktivitas perjuangan untuk menerapkan kembali syariah Islam. Mereka ingin membungkam dakwah dengan terus memprovokasi penguasa agar menerapkan kembali undang-undang represif seperti pada rezim otoriter sebelumnya. Maka wajar jika dikatakan kita merayakan hari kemenangan dalam kekalahan.
Mengapa ini semua dapat terjadi? Ini adalah akibat tidak diterapkannya syariah Islam secara kaffah juga tidak adanya institusi Negara yang melindungi seluruh kaum Muslim di dunia, yaitu Khilafah. Sepanjang Khilafah berdiri kokoh tak ada satupun penjajah yang berani mengusik tanah Palestina. Pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah, ketika seorang Muslimah jilbabnya ditarik oleh salah seorang Romawi, ia segera meminta pertolongan kepada Khalifah. Khalifah serta merta bangkit dan memimpin sendiri pasukannya untuk merespon pelecehan tersebut. Itulah fakta sejarah kegemilangan Khilafah menjaga stabilitas dan keamanan seluruh warganya yang berada dalam naungannya. Sangat jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Tidakkah kita rindu akan tegaknya kemuliaan Islam dan kaum Muslimin? Jadi, mari kita wujudkan kemenangan hakiki dengan berjuang menerapkan syariah dalam naungan Khilafah.
Dimuat @ http://www.sabili.co.id/aspirasi-anda/meraih-kemenangan-hakiki
walau Idul Fitrinya sudah lewat, semoga tetap bermanfaat ^_^
Di tengah gegap gempitanya perayaan ini dengan sorak-sorai gema takbir, suka cita setelah berpuasa, dan letupan-letupan suara petasan ternyata justru saudara-saudara kita di Palestina tengah dibantai oleh kaum kafir Yahudi. Kita juga mungkin lupa dengan saudara-saudara kita di Irak dan Afganistan yang terus mengalami penjajahan.
Saudara-saudara kita di China, khususnya umat Islam dari suku Uighur di Xinjiang-yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai Turkistan Timur-juga menjadi korban kebrutalan suku Han yang didukung penuh oleh rezim Komunis China. Turki, disana ratusan aktivis Islam ditangkapi dan di penjara tanpa alasan bahkan beberapa orang diantaranya telah syahid. Belum lagi saudara-saudara kita di Pattani Thailand, Moro Philipina Selatan, Khasmir, Rohingya di Myanmar, Pakistan, dan Bangladesh.
Lupakah kita dengan mereka, di hari ketika kita bersuka cita, mereka saudara-saudara kita justru mengalami penderitaan akibat kekejaman para penguasa yang sekuler. Padahal kita dan mereka diibaratkan bagaikan satu tubuh, ketika satu bagian sakit maka seharusnya bagian tubuh yang lainnya pun akan merasakan sakit.
Penjajahan semu pun terus berlangsung di negeri kita, Indonesia. Ada pihak-pihak yang mencoba ‘mengail di air keruh’. Dimana mereka terus menggulirkan isu terorisme dan mencoba mengaitkannya dengan aktivitas dakwah juga aktivitas perjuangan untuk menerapkan kembali syariah Islam. Mereka ingin membungkam dakwah dengan terus memprovokasi penguasa agar menerapkan kembali undang-undang represif seperti pada rezim otoriter sebelumnya. Maka wajar jika dikatakan kita merayakan hari kemenangan dalam kekalahan.
Mengapa ini semua dapat terjadi? Ini adalah akibat tidak diterapkannya syariah Islam secara kaffah juga tidak adanya institusi Negara yang melindungi seluruh kaum Muslim di dunia, yaitu Khilafah. Sepanjang Khilafah berdiri kokoh tak ada satupun penjajah yang berani mengusik tanah Palestina. Pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah, ketika seorang Muslimah jilbabnya ditarik oleh salah seorang Romawi, ia segera meminta pertolongan kepada Khalifah. Khalifah serta merta bangkit dan memimpin sendiri pasukannya untuk merespon pelecehan tersebut. Itulah fakta sejarah kegemilangan Khilafah menjaga stabilitas dan keamanan seluruh warganya yang berada dalam naungannya. Sangat jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Tidakkah kita rindu akan tegaknya kemuliaan Islam dan kaum Muslimin? Jadi, mari kita wujudkan kemenangan hakiki dengan berjuang menerapkan syariah dalam naungan Khilafah.
Dimuat @ http://www.sabili.co.id/aspirasi-anda/meraih-kemenangan-hakiki
walau Idul Fitrinya sudah lewat, semoga tetap bermanfaat ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar