Tanggal 30 Oktober merupakan detik-detik menegangkan bagi saya dan 11 orang “calon” mahasiswa UPI lainnya. Karena keterbatasan ekonomi, kami terancam tidak dapat mengenyam pendidikan di bangku kuliah apalagi menyandang “gelar” mahasiswa. Namun pada akhirnya, setelah melalui berbagai rintangan dan seleksi alam, dimana hanya orang-orang yang memiliki tekad kuat dan kesadaran untuk mengenyam pendidikan yang layak, yang sanggup bertahan hingga batas waktu penangguhan.
Kunci kekuatan sebuah Negara terletak pada para pemudanya. Di sinilah seharusnya masyarakat bahkan Rektor UPI harus mau mengakui bahwa kamilah Mahasiswa sesungguhnya, mahasiswa yang memiliki idealisme, kecerdasan, sikap kritis, keberanian dan pengorbanan. Ditangan kamilah negeri ini akan dibentuk. Oleh karena itu, dengan semangat Sumpah Pemuda saya ingin menegaskan bahwa kami bahkan seluruh anak Indonesia lainnya tidak patut untuk di sia-siakan. Bukankah setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan? Pendidikan bukanlah hanya milik mereka yang mempunyai uang (modal).
Tepat tanggal 30 Oktober kemarin akhirnya saya dan 11 orang mahasiswa penangguhan lainnya dapat menyelesaikan registrasi tepat waktu, sebagaimana yang diberitakan oleh berbagai media masa, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak diantaranya IKA (Ikatan Alumni) UPI, GEMA PENA UPI, dan tidak terlepas pula bantuan dan peran dari segenap mahasiswa UPI yang peduli dan sadar akan pentingnya pendidikan. Di sini saya semakin menyadari bahwa peran aktif mahasiswa merupakan kunci kebangkitan suatu bangsa, dimana mahasiswa atau pemuda memiliki tanggungjawab dalam mengoreksi dan memperbaharui keadaan, melawan diktatorisme, dan mengembalikan hak-hak rakyat.
By: Anita Komala Dewi (31 Oktober 2008)
Mahasiswa Baru di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
By: Anita Komala Dewi (31 Oktober 2008)
Mahasiswa Baru di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar