Dukungan dan kepercayaan rakyat saat ini terhadap partai-partai politik semakin mengalami penurunan. Terbukti, berdasarkan jajak pendapat Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menjelang Pemilu 2004 menyatakan bahwa 60% responden menyatakan tidak puas dengan hasil Pemilu 1999. Bukan hanya itu saja, terbukti dalam Pemilu Calon Gubernur Jabar beberapa hari yang lalu pun, TPS-TPS sepi dari pengunjung padahal berbagai cara telah diupayakan untuk menarik perhatian masyarakat, ada panitia yang menyediakan sayur-mayur sebagai oleh-oleh untuk para ibu, adapula panitia yang berpakaian khas Jawa Barat dan menyuguhkan penganan serta kesenian Jabar. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah karena kesalahan dan ketidaklancaran kartu pemilih atau justru karena rakyat memilih untuk Golput (tidak memberikan suaranya pada partai manapun)?!
Lalu mengapa mayoritas masyarakat kecewa terhadap seluruh partai politik yang ada sekalipun itu partai Islam? Sudah menjadi rahasia umum bahwa partai-partai yang ada tak pernah mampu meningkatkan kesejahteraan dan keamanan menyeluruh bagi rakyatnya. Mereka seolah berlomba untuk kepentingannya sendiri, berlomba mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan pribadi. Bukannya menyejahterakan dan melayani rakyat yang ada justru rakyat yang melayani dan menyejahterakan mereka. Hanya segelintir orang diantara mereka yang benar-benar merasa bertanggungjawab akan amanah yang dititipkan padanya. Kalaupun mereka bekerja keras namun sistem yang ada tetap seperti ini maka itu pun akan terasa percuma.
Lalu partai Islam seperti apakah yang patut di harapkan?
Allah Swt. berfirman :
“ Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan kebajikan dan melakukan amr ma’ruf nahi munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” [QS. Ali Imran : 104]
Beberapa mufassir seperti al-Qurthubi, Ath-Thabari dan al-Bardhawi dalam kitab tafsirnya masing-masing menafsirkan bahwa ayat ini menegaskan perintah Allah kepada kaum Muslim untuk mewujudkan adanya kelompok atau jamaah yang berfungsi menyerukan kebajikan dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Cakupan amar ma’ruf nahi munkar amat luas, termasuk menyeru para penguasa agar melaksanakan syariah Islam dan melarangnya menjalakan yang sesuatu bertentangan dengan syariah Islam. Aktivitas demikian merupakan aktivitas poliyik sehingga kelompok atau jamaah yang dikatakan dalam ayat di atas haruslah berbentuk partai politik. Cakupan politik sendiri sangat luas, bukan hanya politik kotor seperti sekarang ini. Dalam Islam politik berarti megurusi urusan umat mulai dari hal terkecil seperti sandang, pangan dan papan hingga masalh pendidikan, kesehatan, pergaulan, ekonomi dan pemerintahan
Dengan demikian dapat disimpulkan, partai Islam yang mampu menyerukan dan memperjuangkan ideologi Islam secara terang-teranganlah yang dapat kita harapkan. Bukan partai yang berkedok Islam namun tetap saja menganut sistem sekuler yang menyengsarakan rakyat.
By: Anita Komala Dewi (18 April 2008)
Pelajar di SMA PAsundan 7 Bandung
By: Anita Komala Dewi (18 April 2008)
Pelajar di SMA PAsundan 7 Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar