Pada tanggal 27 Desember 2008, bangsa Yahudi telah memulai serangan biadabnya ke Gaza, meluluhlantakkan dan melakukan pembantaian, bahkan telah membumihanguskan manusia, tumbuh-tumbuhan, bebatuan, dan sebagainya. Kemudian, tanggal 17 Januari 2009 mereka mengumumkan gencatan senjata secara sepihak untuk memberi gambaran umum bahwa mereka mempunyai kekuatan dan keperkasaan, Yahudi dapat memulai serangan biadabnya kapan saja, dan menghentikan kapanpun mereka mau.
Di tengah kebiadaban bangsa Yahudi tersebut, para penguasa Muslim justru hanya bisa menghitung korban yang berguguran, atau bahkan mereka tidak pernah menghitungnya dan tidak pula menghiraukannya. Mereka telah berhasil melakukan kebohongan publik, penyesatan, pengkhianatan, dan konspirasi untuk mereduksi masalah Palestina dari permasalahan Islam menjadi masalah bangsa Arab, kemudian hanya menjadi masalah bangsa Palestina hingga kemudian hanya sekedar masalah penduduk Gaza.
Bukankah merupakan kehinaan dan aib, ketika Gaza dibantai, sementara para penguasa Muslim tidak mau mengerahkan tentara untuk menolong Gaza, bahkan sebaliknya mereka malah memperdagangkan darah-darah penduduk Gaza dengan berbagai konferensi yang merealisasikan kemashlahatan bagi bangsa Yahudi, yang justru tidak bisa direalisasikan di medan perang? Tidak ingatkah mereka dengan sabda Rasulullah saw.:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu bagian merasakan sakit, maka seluruh bagian tubuh yang lain juga ikut merasakan sakit dengan tidak dapat tidur dan demam”.
[HR. Bukhari-Muslim]
“Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya”. [HR. Bukhari]
Akhir perang 1973 di Mesir, dimana tentara Mesir telah berhasil menembus terusan Suez dan menerobos garis demarkasi, sehingga dalam peperangan tersebut tentara Yahudi mengalami kekalahan dan nasib buruk, namun justru berakhir dengan Perjanjian Camp David yang telah mengeluarkan Mesir dari peperangan dengan bangsa Yahudi, sehingga untuk menambah jumlah polisi Mesir satu orang saja terpaksa membutuhkan persetujuan dari bangsa Yahudi. Pada akhirnya keamanan Yahudi pun secara penuh harus dijaga oleh pihak Mesir. Kemudian diikuti dengan Perjanjian Wadi Arobah yang melanjutkan jejak Perjanjian Camp David, dan keamanan Yahudi pun harus dijaga oleh Yordania.
Akhir dari perang 1973 di Suriah, dimana tentara Suriah pada awalnya berhasil menguasai lereng Thabariyah dan sekitarnya, yang semuanya itu diperoleh melalui peperangan hebat dalam posisinya di dataran tinggi Golan. Ternyata akhir dari semua itu adalah Kesepakatan Golan, yang menjaga keamanan bangsa Yahudi di dataran Golan.
Kemudian akhir dari Perang Lebanon 2006, ketika roket-roket pasukan perlawanan (Hizbullah) menghujani sejumlah lokasi di Israel, dan memenuhi hati orang-orang Yahudi itu dengan kepanikan dan ketakutan, namun akhir dari peperangan tersebut justru keluarnya Resolusi 1701 yang menjaga keamanan Yahudi di selatan Lebanon.
Itulah akhir dari sikap kepahlawanan penduduk Gaza, yang akhirnya harus diakhiri dengan sejumlah langkah hina demi merealisasikan Resolusi 1860, melalui perjanjian keamanan antara Amerika dengan entitas Yahudi, yang bertujuan untuk menjaga keamanan entitas ini, baik di atas maupun di dasar laut. Kemudian ditutup dengan Konferensi Sharm Asy-Syaikh Arab-Eropa-Turki untuk menyusun hasil-hasil perjanjian keamanan yang mendukung dan mengukuhkan entitas Yahudi, serta memaksakan blokade senjata terhadap Gaza yang lebih kuat dan berbahaya daripada blokade sebelumnya. Semuanya itu berlangsung di depan mata para penguasa Muslim, mereka menyaksikan sendiri bahkan di antara mereka justru menyempurnakan dan memastikan blokade ini melalui sejumlah konferensi yang berlangsung secara pararel.
Amerikalah yang memimpin serangkaian propaganda keamanan untuk mendukung entitas Yahudi. Meskipun demikian, kalau bukan karena dukungan dari para penguasa di negeri Muslim kepada Amerika, pasti Amerika tidak akan bisa membawa apapun di negeri-negeri kaum Muslim, baik itu perdamaian maupun peperangan.
Wahai kaum Muslim, apakah setelah semuanya ini, masihkah Anda tidak menyadari bahwa sejatinya para penguasa itu adalah pelindung musuh-musuh kaum Muslim, dan bukan pelindungnya? Belum cukupkah semua musibah yang menimpa kaum Muslim selama ini, juga kehinaan dan kenistaan yang dibelenggukan ke leher kaum Muslim oleh para penguasa di negeri-negeri Muslim? Belum cukupkah semuanya ini untuk membulatkan azam dan tekad Anda untuk berjuang dengan sungguh-sungguh dan serius demi mendirikan Khilafah yang akan mengembalikan kemuliaan kaum Muslim? Hanya Khilafah yang mampu melindungi harta, darah, dan kehormatan kaum Muslim maupun non-Muslim yang mau tunduk pada aturan Islam.
Wahai para Tentara Muslim, Anda adalah bagian dari umat yang memiliki vitalitas, umat terbaik yang pernah dilahirkan untuk seluruh umat manusia sejak Rasulullah saw. memimpinnya, lalu diteruskan oleh para Khulafaur Rasyidin, kemudian oleh para Khalifah setelahnya. Ingatlah nenek moyang anda yang menjadi pahlawan dan pasukan Mujahidin yang telah memimpin pasukan, menyebarluaskan Islam, membebaskan berbagai wilayah, mengalahkan musuh dan mencerai-beraikannya. Semua keberhasilan gemilang itu hanya dapat dilakukan dengan adanya Daulah Khilafah.
Khilafah merupakan satu kepemimpinan umum atas seluruh kaum Muslim di dunia, untuk menerapkan syari’at Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Rasulullah saw. bersabda:
“Akan ada fase kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase penguasa yang zalim, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fase penguasa diktator, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Setelah itu akan datang kembali Khilafah ala Minhajin Nubuwah (berdasarkan metode kenabian)”. Kemudian Baginda saw. diam”. [HR. Ahmad]
Oleh: Anita Komala Dewi (26 Januari 2009)
Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar