Bismillaahirrahmaanirrahiim...
KESEIMBANGAN
ANTARA IBADAH DAN USAHA
“Keinginanmu
untuk berkonsentrasi (ibadah) kepada Allah subhanahu wa ta’ala, padahal Dia
telah menetapkan agar berusaha, merupakan bagian dari syahwat tersembunyi.
Keinginanmu berusaha, padahal Dia menetapkan untuk konsentrasi ibadah,
merupakan bentuk penurunan semangat yang tinggi”
Keinginan
Anda untuk mengonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah Ta’ala dan
melepaskan diri dari segala usaha pekerjaan, bukan merupakan tindakan yang
terlarang secara syara’, bahkan tidak pula makruh, namun bisa saja merupakan
bagian dari syahwat yang tersembunyi.
Walaupun
Anda mengonsentrasikan diri untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, akan tetapi
Anda tetap harus berusaha dan bekerja demi menghidupi diri sendiri dan
keluarga.
Allah
subhanahu wa ta’ala telah menentukan bahwa rezeki tidak datang dengan
sendirinya, akan tetapi harus dicari dan diusahakan. Jika pekerjaan Anda hanya
di masjid maka tidak ada rezeki yang akan menghampiri Anda.
Sebaliknya,
keinginan Anda untuk berusaha dan melarutkan diri dalam pekerjaan Anda sehingga
lalai dalam beribadah kepada Allah Ta’ala merupakan bentuk keterpurukan dari
semangat yang tinggi.
Bekerja
terus menerus tanpa mengenal lelah dan istirahat, bahkan jika tidak bekerja maka
akan sakit, tindakan seperti ini tentu tidak dibenarkan oleh syariat. Bagaimana
mungkin Anda melarutkan diri dalam pekerjaan, padahal Allah juga meminta Anda
untuk beribadah kepada-Nya apabila tiba waktunya?
Ketika Anda
lalai dalam menyembah Allah Ta’ala dan sibuk dengan usaha-usaha yang bersifat
keduniawian, maka Anda telah terperosok ke dalam jurang kehinaan. Anda telah
kehilangan semangat yang seharusnya dimiliki seorang Muslim, yaitu semangat
beribadah kepada-Nya dan mengharap keridhoan-Nya.
Kita adalah
hamba. Seorang hamba harus rela terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh
Tuannya. Jikalau Allah Ta’ala telah menetapkan manusia untuk beribadah, maka
seorang hamba harus mengerjakannya. Dan jikalau Allah Ta’ala telah
menetapkan untuk manusia agar ia
berusaha dan bekerja, maka ia juga harus mengerjakannya sepenuh hati.
sumber: buku Syarah Al-Hikam karya D.A.Pakih Sati, Lc.