📚 Judul : Letters to Karel
✍🏻 Penulis : Nazrul Anwar
🖨️ Penerbit : Adnara Self Publishing
📅 Tahun terbit : cetakan ke-3, Agustus 2015
📖 Jumlah Halaman : 220 halaman
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Buku ini berisi kumpulan surat yang ditulis seorang ayah untuk anaknya dengan tujuan mengenalkan sosok ibu yang telah melahirkannya, juga perjuangannya membesarkan seorang bayi tanpa sosok istri disampingnya. Ditulis berdasarkan kisah nyata semenjak kepergian sang istri tercinta sesaat setelah melahirkan anaknya akibat pendarahan.
Sebagian besar surat-surat ini pernah diposting di akun facebook penulis dan mendapat banyak respon positif dari pembaca. Banyak pihak yang meminta agar surat-surat tersebut dibukukan seperti sekarang.
Buku ini saya beli ketika saya masih single, belum menikah dan belum punya anak tentunya. Dulu saya pikir rasanya keren sekali, ada sesosok ayah yang rela bersusah payah mencari donor ASI untuk anaknya, bahkan melibatkan sekitar 40 an orang donatur ASI.
Entah kenapa, ketika saya mencoba membaca ulang buku ini dan menamatkannya dengan kondisi sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak, logika saya berontak: " rasanya ga perlu deh sampe segitunya".
Ya, saya pikir tak perlu " seheboh" itu pontang panting kesana kemari mencari donatur ASI bahkan melibatkan puluhan orang, belum lagi ditinjau dari segi agama akan sangat riskan resiko ke depannya. Saya yakin, Islam pun tak akan menyulitkan. Atau kenapa tidak mencari ibu yg sanggup menyusui nya saja selama 2 tahun??? Sebagaimana yang terjadi pada baginda Rasulullaah shalallahu alaihi wassalam
Tapi sebagai pembaca, tentu saya tidak punya wewenang apapun untuk menghakimi seseorang. Setiap orang bebas menentukan keputusannya masing-masing dan tau mana yang paling baik atau sesuai dengan kondisinya.
Terlepas dari itu semua, saya suka sekali buku ini. Surat-surat yang dibuat oleh sang suami banyak menggambarkan sosok istrinya kala masih hidup mendampingi. Berasa tertampar sekali!! Betapa saya masih jauh dari gambaran istri sholehah sebagaimana yang ada dibuku ini. Selain berisi kenangan tentang sosok sang istri, surat-surat yang ditulis pun berisi nasehat-nasehat kebaikan untuk anaknya kelak.
Awalnya saya bingung buku ini masuk genre fiksi atau non fiksi. Karena hampir ¾ bagiannya berupa kisah nyata dan ¼ sisanya di akhir berisi sedikit khayalan. Sang penulis mencoba membuat surat dari sudut pandang sang istri, jika istrinya bisa membuat surat pasti istrinya akan berkata seperti ini padanya (halaman 204). Dan jika istrinya bisa membuat surat, istrinya pasti akan memberi nasehat seperti ini pada anaknya (halaman 210).
Setelah saya tanya pada beberapa teman, saya pun berpikir memang sepertinya buku ini masuk genre non fiksi walau ¼ bagiannya berisi khayalan. Khayalan yg tak sebatas mengkhayal sih.. tapi berdasarkan apa yg terjadi dalam keseharian istrinya selama masih hidup juga berdasarkan diary yg sering istrinya buat.
Mungkin cukup sekian review dari saya. Maaf rasanya masih agak belepotan dalam mereview buku dan kali ini seolah agak julid 😁v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar