Sabtu, 05 Maret 2016

ISTIKHOROH, VAKSIN, dan JODOH

Apa yang terbayang di benak teman-teman ketika mendengar kata ISTIKHOROH? YUpp, pasti jawabannya MENIKAH, hmmm.. pasti itu..
tapi kali ini saya tidak akan menyandingkannya dengan kata menikah,

kenapa??
Belajar dari seorang teman saat jadi santri mahasiswa dulu di DT, beliau..dalam setiap mengambil langkah apapun pasti istikhoroh dulu, jadi ga cuma saat galau menentukan jodoh tapi dalam hal sekecil apapun. Saya lupa, tapi misalnya ketika pasca nyantri program santri mahasiswa apakah beliau akan lanjut ke tahfizh atau tidak? dan pokonya hal-hal kecil lainnya yang saya lupa, heee.
Disana saya tersadar, bahwa istikhoroh atau meminta “pendapat” Allah itu bukan hanya kalau lagi galau jodoh aja, tapi dalam setiap TINDAKAN APAPUN, sekecil apapun itu, yang sebenarnya logika kita sudah mampu menjawabnya atau memutuskannya, tapi dari dia saya belajar bahwa seyakin apapun kita tetaplah libatkan Allah dalam segala urusan kita.
Nahhhhh di medsos lagi rame tentang VAKSIN nih, semalam sempet nyesek, sedih, mual, enek (lebaaaiiiiii), bertanya-tanya dan sebagainya. ko bisa sih dua kubu saling mencemooh dengan bahasa-bahasa yang kurang ahsan atau kurang baik...

Sempet juga terpikir “apakah ini ulah oknum tak bertanggungjawab yang pengen memprovokatori dan memecah belah kedua belah pihak???” hmm wallahu a’lam. Sebenarnya saya kurang tau duduk perkaranya (lahhhh....), 2 tahun lalu saya sempat autis dan ga mengikuti perkembangan zaman, ga peduli dengan masalah-masalah yg terjadi di masyarakat dan hanya peduli dengan kejelimetan masalah saya pribadi yg sebenernya cuma segede upil dibandingkan masalah-masalah yang ada di masyarakat saat ini yang luasnya seluas langit dan bumi, apa pulaaa? TERMASUK pun tentang perkara vaksin yang semenjak beberapa tahun lalu sempat booming
Sempet terpikir, duh nih ibu-ibu, orang-orang, pada ribut tentang vaksin sampe sindir-sindiran segala, gue kan belum punya anak.. ya udah sih ga akan ikutan ribut (gurau saya) yang sebenernya itu adalah bahasa halus dari: SAYA CINTA DAMAI (nyambung ga sih? sambung-sambungin aja)
nahhhh tadi tiba-tiba teringat tentang istikhoroh (istikhoroh yang saya sampaikan di atas).
Saya mungkin (mungkin nih ya..) akan lebih memilih yang anti vaksin, karena komunitas ini selalu berhujjah pada dalil-dalil yang kuat, berdasarkan fakta-fakta yang akurat, analisis yang tajam dan terpercaya, dan bisa mempertanggungjawabkan hasilnya.
BUT... saya pun tidak bisa pada akhirnya mengabaikan statement-statement pihak yg pro vaksin, karena mereka berhujjah berdasarkan pendapat ahli-ahli kedokteran.
Maka dengan ini saya rumuskan: (eaaa, terus kata pembaca: “emang siapa elo? penting gue pikirin pendapat loe, helloooooo” )

1. saya putuskan dengan ini, yukk kita ISTIKHOROH ^_
seperti yang saya jelaskan di atas.. kita mungkin telah mempunyai keyakinan yang bulat ttg apa yang kita yakini, tapi kita tidak pernah tau kan apa yang sebenarnya terbaik buat kita???
seperti cerita pencarian JODOH saya di bawah ini yang akan saya ceritakan... (eaaaaa mulai baper, pasang wajah melankolis terus nunduk-nunduk sedih gitu, pelintir-pelintir baju, yang aslinya sih ngetik di keyboard laptopnya sambil cekikikan)
krininggg... krininggg...
ada pesan masuk ke inbox FB saya: intinya seorang teman menawarkan ikhwan yang hafizh Quran bahkan dhobit (molotok hafalannya kalo kata bahasa sunda nya mah), jago bahasa Arab, udah beberapa kali umroh, bentar lagi mau wisuda, dan ada rencana lanjut studi ke Madinah
saya: *ngilerrr..
kalau denger kriteria yg seperti itu tuh, selalu bikin ngiler, bukan karena ke-wow-an dia, buat saya ga penting. yang terpenting adalah dia lebih dari saya dan tentu akan bisa mengajari saya yang selalu haus ilmu, itu aja.
singkat cerita, tukeran cv, kita sama2 memutuskan untuk lanjut ke tahap lebih lanjut (lanjuttt...)
sebenernya di awal, saya agak kurang sreg dengan fisik beliau.. (maklum, saya orang visual, jadi fisik termasuk salah satu hal yang penting bagi saya wa-lauuuuuu fisik itu menempati urutan ke sekian, yaaa seperti yang kita ketahui ganteng dan cantik itu RELATIF, kalau jelek itu mutlak - mutlak ga ada yang jelek, karena Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk, ini mungkin hanya perkara dari sudut mana kita memandang, heee -kalau dari depan sih kurang sreg)
saat melihat cv, saya sempat tersepona, disana dicantumkan targetan-targetan saat mengarungi pernikahan, eaaaa #uhuk
1. senantiasa mendawamkan al-matsurot pagi petang
2. tilawah 1 juz perhari
3. setiap maghrib adalah waktu untuk berbagi cerita hikmah dsb, targetan2 yang bikin saya ngiler, ngiler dari sudut pandang terpenuhinya kebutuhan dan kehausan saya akan ilmu. Dan yakin, ga mungkinlah itu cuma targetan-targetan doang.. melihat beliau yang saat itu sudah hafizh bahkan dhobit, semua itu butuh kedisiplinan, yaa pasti beliau sudah disiplin untuk hal-hal di atas. wallahu a’lam.
saat kepoin foto2 beliau, saya liat celananya isbal (melewati mata kaki) dan saya kurang suka walau tidak menganggapnya haram, saya sampaikan pada perantara “ehh itu celananya isbal ya? teteh mah kurang suka dengan ikhwan yang celananya isbal” || “oke teh..nanti aku sampein ke kang xxx nya” || “teh..kata beliau, beliau ga keberatan untuk laa isbal (alias celananya dibikin ngatung-ngatung gitu deh..)”
“Ahhh masya Allah...orangnya hanif banget” pikir saya waktu itu, ga mesti keluar jurus seribu dalil, dengan sukarela beliau mau mengikuti apa yang menjadi kecenderungan saya.
ahh pokonya fix weh ya lanjuttt, walau dari segi fisik kurang tapi yo wisss, ada sisi gantengnya kalau diliat dari sudut mana ko #dong #dong
saya lanjut, beliau pun lanjut, tapi kita seolah saling bingung dan saling ragu. deg-degan berdebar-debar menanti kabar dari perantara.
karena ga ada kabar kelanjutannya gimana-gimana, saya pun inisiatif bertanya pada perantara, “ehh gimana si akang itu bla bla bla” (lupa redaksi) || “ihhh teteh sehati banget, si akang itu juga nanyain teteh da, katanya gimana?” (bungaaaa bungaaaaa bertebaraaaaan, ala iklan softener di tv) || “ohh iya gimana? gimana?” (rumpiii) || “katanya beliau mau istikhoroh dulu untuk benar-benar meyakinkan diri” || “oke..” beberapa hari kemudian...
“teteh maaf... sebenernya beliau udah cenderung banget sama teteh... tapi beliau ingin menikah dengan ridho Allah”
#deg sudah jangan lanjutkan... (ekspresi di dramatisir ala telenovela, hiks.. hiks..)
“semalam beliau mimpi, katanya bukan nama teteh yang ada di mimpi itu. teteh maaf ya...”
huaaaaaaaa nangis-nangis dalam hati dan sisi lain diri saya bilang: rasain luh...di awal aja bingung-bingung, galau karena wajahnya kurang sreg, ehh sekarang giliran ga jadi nangis2, rasain...
heu.. #nyesek, walau ga sampe bikin nangis-nangis alay, tapi cukup buat bikin galau ga bisa tidur dan guling-guling di kasur asrama sambil meluk boneka.
~0~0~0~
nahhhh dari situ kita bisa belajar, keduanya sudah saling cocok, saling memutuskan untuk lanjut, tapi ketika di-istikhoroh-kan ternyata Allah berkehendak lain. Saya pribadi saat memutuskan untuk lanjut dan menerima segala kelebihan dan kekuranggannya, sudah istikhoroh dan cukup mantap untuk melangkah (ehh istikhoroh ga ya? lupa, kayanya sih istikhoroh.. lahhhh :v )
Mungkin ini bisa kita jadikan pelajaran dalam berbagai aspek kehidupan kita, seyakin-yakin apapun kita, jangan lupa untuk libatkan Allah, jangan lupa untuk bertanya “pendapat” Allah, karena Allah yang Maha tau kebenaran, yang Maha Menguasai segala skenario terbaik. apalagi kita merujuknya (tentang perkara vaksin) hanya pada manusia-manusia biasa yang memungkinkan adanya khilaf atau lalai, bukan merujuk pada utusan Allah langsung semisal nabi dan Rasul.
nah mungkin sekian saja ketak-ketik dari saya (ga kerasa panjang juga yaa). moga bermanfaat :) (dan semoga ada yang baca *ekspresi angkat tangan, berdoa, khusyu)
oya, ada yang bilang.. saat masa penentuan jodoh, istikhoroh itu bukan hanya dilakukan ketika sudah ada calon yang datang, tapiii jaauuuuuh sebelum terbayang “siapa calon gue”, naahhhh mestikah saya itikhoroh vaksin dari sekarang :D ? istikhoroh jaaauuuhhhhh sebelum saya punya anak.. :D ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar